Oleh: Oppung Lela Djingga
(Penyair dan Pendidik Tinggal di Kota Medan)

Hidup ini tak ubahnya seperti sandiwara. Kadang mendapat peran sebagai orang baik. Di lain waktu sebagai orang jahat. Di tempat lain sebagai juru damai antara perseteruan orang baik dan orang jahat. Begitulah, sering berulang.

Kalau terus-terusan jadi orang baik juga enggak asyik. Padahal di balik kebaikan tersembunyi kejahatan, juga rasa perdamaian. Begitu juga sebaliknya, ingin damai tanpa ada konflik dan tengkar pergaulan hidup terasa hambar. Muak juga.

Dalam sebuah pengelolaan baik usaha jasa dan usaha barang, orang jahat diperlukan untuk mengendalikan orang jahat juga (yang dalam segala kelicikannya terbaca dengan baik kemana arah dan tujuannya, segaris atau tidak dengan visi dan misi usaha). Tentu hal yang dimaksud di atas tidak mungkin dihadapkan dengan orang yang baik, orang yang mau baik-baik saja dalam bekerja, atau orang yang sering pakai “Ilmu Tolak Bala” alias ITB. Dipikirnya bekerja itu cuma urusan kerja, tanpa tanggung jawab dan akibat-akibat.

Kemampuan untuk berperan menjadi orang jahat atau orang yang tidak suka enggih, enggih saja, termasuk begitu juga orang yang tidak langsung menyetujui setiap perintah dan intruksi tanpa mengoreksi mengapa tidak dieksplorasi? Aku suka yang bervariasi. Yang tak kusuka adalah pencitraan selalu menjadi orang baik. Atau orang baik-baik saja, kenyataannya palsu.

Jadi orang jahat ITU asyik juga. Apalagi dengan misi yang jelas untuk menegakkan aturan dan disiplin. Bekerja dengan resiko dan penuh tantangan adalah energi yang terus menerus terbaharukan daripada sekedar dengan menunggu gaji buta karena punya kuasa dan mau enaknya saja. Silahkan berperan jadi orang jahat dalam dunia kerja. Jangan sampai terlihat diperankan orang lain saja. Agar tampak hidupmu lebih realistis.

Selamat Pagi Kawan
Oppungleladjingga