Bagiku seorang kawan kadang-kadang jauh lebih berharga daripada saudara sekalipun ia serahim. Apa lagi ia suka berkata benar dan apa adanya. Apa yang diucapkannya di depanku sama persis seperti apa diucapkannya di belakangku. Aku tak suka memilih-milih kawan. Siapa pun aku coba menemaninya dengan baik, terbuka dan apa adanya. Bagiku kawan adalah diriku juga. Bagaimana aku memperlakukan diriku, begitulah kepada kawan. Dengan demikian aku bisa mengukur kesejatian tanpa perlu neko-neko.

Boleh dipastikan di akun fbku Sajak Tanwin dan Zulkarnain Siregar kawanku cukup beragam. Beragam dari agama dan keyakinan, beragam latar belakang sosial dan budaya dan beragam status sosial dan ekonomi. Aku suka berteman dengan cara beragam itu. Paling tidak aku bisa belajar dari cara hidup, kebiasaan dan pandangan. Ada guru/dosen, wartawan, penyair, pengacara, pengusaha, tentara, polisi, petani, nelayan, buruh lepas, penulis, seniman, sastrawan, dokter dan penyapu jalan. Mereka adalah sahabatku yang baik. Keberagaman bagiku adalah suatu jalan menembus skat-skat sempit yang menggiring pikiran dari yang picik menjadi lebih terbuka. Oleh karenanya dengan beragam kawan, aku berharap tetap ada yang menimbang benar atau salahnya sikapku.

Selain itu, bagiku kawan yang berbeda sama sekali denganku adalah sahabat yang perlu kujaga. Kuajak bicara. Karenanya ia juga bagian dari interaksiku ke dunia luar yang sama sekali belum kupahami. Memahami apa yang tak terpikirkan oleh. Mengenal apa yang sama sekali asing bagiku. Sering kudapat dengan mencari tahu. Pencarian itu merupakan bagian dari etos hidup. Semangat mengembangkan cakrawala. Dan bagian dari memperluas pergaulan.

Mengenal dan memahami kawan yang berbeda adalah pintu masuk hidup berdampingan dan saling menjaga. Seperti yang kulakukan dalam memilih tempat kerja, memilih tempat tinggal dan memilih tema-tema bacaan dan karya yang menurutku lebih menggambarkan realitas sosial dan budaya bangsa ini. Aku bertetangga dengan saudaraku Kristiani dan Buddhis. Berteman dengan mereka yang “cacat” sosial dan moral karena tuntutan keadaan. Sedangkan cinta adalah perekatnya. Jujur saja aku tak selalu berteman hanya pada segolongan orang saja. Sesama pendidik, seagama, seasal tempat tinggal, atau seide. Keanekaragaman yang indah seumpama taman itulah selalu menginspirasiku menjaga kawan. Selain itu aku harus melawan diriku untuk menghindarinya. Itu saja.

Selamat Sehat Selalu
Oppungleladjingga