Oleh : Dr Purwadi SS M.Hum.
Fakultas Bahasa dan Seni UNY, Hp 0878 6440 4347
A. Pengantar
Indonesia kaya tentang warisan seni budaya. Butir butir kearifan lokal merupakan modal untuk membina budi pekerti luhur di kalangan generasi muda. Melalui kajian atas peran Ki Panjang Mas ini diharapkan ditemukan nilai kebajikan guna memupuk rasa kebangsaan.
B. Tokoh Pedalangan
Pedalangan tumbuh ngrembaka berkat kepeloporan Ki Panjang Mas. Dalam jagading sastra pewayangan mamanya begitu harum, dengan sebutan Ki Lebdojiwo. Masyarakat Jawa mendapatkan warisan seni edi peni, budaya adi luhung.
Seni edi peni berhubungan dengan aspek keindahan. Budaya adi luhung berhubungan dengan aspek keluhuran. Wulangan wejangan wedharan Ki Panjang Mas membawa sifat ayom ayem, agung ngrembuyung yang telah menyinari alam raya.
Ki Panjang Mas mengabdi kepada raja Mataram Sultan Agung yang memerintah tahun 1613 – 1645. Selama mengabdi di Kraton Mataram Ki Panjang Mas terlibat penyusunan serat Sastra Gendhing, Nitipraja, Pangracutan. Kitab Jawa klasik ini menguraikan unggah ungguhing basa, kasar alusing rasa, jugar genturing tapa.
Pengajaran ngelmu kasampurnan digali oleh Ki Lebdojiwo dengan membaca karya pujangga. Sastra suluk menguraikan tahapan syariat tarikat hakikat makrifat. Agama ageming aji, bahwa ngrasuk agama itu jalan menuju kebahagiaan. Demikianlah ajaran Wali Sanga yang dimulai sejak berdirinya Kasultanan Demak Bintara tahun 1478.
Kasultanan Pajang yang berdiri tanggal 24 Juli 1546 meneruskan pengajaran ilmu humaniora Jawa. Sultan Hadiwijaya Abdul Kamid Panetep Panatagama bersemangat mengajarkan ilmu kejawen yang berbasis pendidikan agama. Maka diangkatlah pujangga Pajang yang bernama Pangeran Karanggayam.
Dari Pangeran Karanggayam itulah Ki Panjang Mas belajar kitab Nitisruti. Ilmu pedalangan berkembang pesat. Petuah bermutu berasal dari serat piwulang. Tekad Ki Lebdojiwo didukung penuh oleh Raja Mataram. Pengganti Sultan Agung bernama Sri Susuhunan Amangkurat Agung yang memerintah tahun 1645 – 1677. Kagunan Jawa makin arum kuncara ngejayeng jagat raya. Mataram mengalami masa kejayaan.
Besar sekali jasa Amangkurat Agung pada pengembangan seni pakeliran. Ketika Ki Panjang Mas wafat pada tahun 1664, Sang Raja memberi dhawuh khusus. Ki Panjang Mas dimakamkan di Pajimatan Imogiri. Satu kompleks dengan makam Sinuwun Sultan Agung. Atas perintah Sri Susuhunan Amangkurat, maka dalang spiritual ini mendapat derajat kemuliaan yang tinggi.
Sinuwun Sri Susuhunan Amangkurat Agung memang Narendra gung binathara, mbahu dhendha nyakrawati, ambek adil paramarta, ber budi bawa laksana, memayu hayuning bawana. Kebijakan raja Mataram bertolak pada prinsip amemangun karyenak tyasing sesama. Ajaran luhur ini sudah diwariskan oleh Panembahan Senapati yang memerintah kerajaan Mataram tahun 1575 – 1601.
Trahing kusuma rembesing madu. Keturunan dalang Ki Panjang Mas labuh labet pada peradaban besar. Lila lan legawa kanggo mulyane negara. Pakem pedalangan disusun dalam rangka untuk mengajarkan tuntunan tontonan dan tatanan. Ki Lebdojiwo memberi keteladanan yang membuat suasana suka basuki lestari.
Wayang merupakan wewayangane ngaurip. Kawibawan kawidadan kamulyan dalah kabagyan menjadi sarana untuk mewujudkan cita-cita luhur. Ki Panjang Mas mendidik masyarakat melalui pagelaran wayang yang penuh dengan nilai logika etika dan estetika. Cipta rasa karsa, iman ilmu amal menyatu dalam trilogi kesenian tradisional.
Pengkajian atas kearifan lokal dapat diperoleh dengan memahami ajaran Ki Panjang Mas. Dengan harapan negeri ini merupakan kawasan yang panjang punjung pasir wukir, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja.
C. Kesimpulan
Kajian atas tokoh wayang pada masa silam dapat memberi wawasan yang utama bagi kehidupan. Kesadaran pada nilai budaya tradisional dapat memperkokoh jatidiri nasional.