Oleh: Ichwan Azhari
(Sejarawan tinggal di Kota Medan)
Dja Endar Moeda tokoh pers asal Padang Sidempuan inilah sebenarnya pelopor penerbitan pers pertama di Indonesia, dan bukan Tirto Adi Suryo dari Bandung, yang selama ini ditetapkan sebagai Bapak Pers Indonesia. Kekeliruan ini harus dikoreksi. Nama Dja Endar Moeda puluhan tahun tenggelam dalam sejarah pers Indonesia.
Dja Endar Moeda sudah aktif, baik sebagai motor penggerak redaksi maupun sebagai pendiri , pemilik dan pemimpin redaksi berbagai koran, sebelum Tirto Adi Suryo, menerbitkan Medan Priyayi Bandung,1907.
Dja Endar Moeda melakukan gerakan di penerbitan pers pada empat kota yakni di Padang (Pertja Barat 1897), Sibolga (Tapian Na Oeli 1900) , Aceh (Pemberita Atjeh , Suara Atjeh 1906) Medan (Pewarta Deli,1910). Koran Pertja Barat sendiri mula mula Dja Endar sebagai redaktur penggeraknya, tapi kemudian tahun 1900 dia mengakuisisinya.
Dja Endar juga tidak tanggung tanggung menerbitkan koran berbahasa Belanda di Padang dan Medan, Sumatrache Niewsblad, yang menyebabkan dirinya terkena Delik Pers karena membongkar praktek kejahatan penjajah dalam pemberitaannya di koran berbahasa Belanda nya itu.
Bagaimana kita membayangkan gerakan dan perjuangannya mendirikan pers di empat kota itu ? Lalu sejarah Indonesia mengabaikan nya ?
Dja Endar Moeda boleh dikata adalah Bapak Pers indonesia yang sebenarnya, raja koran pada zamannya dan orang pertama yang membeli mesin cetak sendiri, menerbitkan dan memiliki koran sendiri, sebelum Tirto Adi Suryo. Sudut pandang sejarah yang keliru telah menyebabkan tokoh besar pers sekaliber Dja Endar Moeda ini luput dari narasi sejarah Indonesia.
Koran Pewarta Deli yang didirikan Dja Endar Moeda (1910) bukan hanya sekedar koran, pemberita, tapi institusi pers yang melahirkan tokoh pers seperti Adi Negoro, yang kemudian jadi pemimpin redaksi Pewarta Deli. Parada Harahap, Mohammad Said, Mangaraja Ihutan, merupakan tokoh pers yang kariernya juga terkait dengan Pewarta Deli yang dibuat Dja Endar Moeda ini.
Peneliti pers Indonesia asal Malaysia, prof Ahmat Adam, juga para jurnalis Belanda, mengagumi kepeloporan pers Dja Endar Moeda ini. Koran Belanda yang terbit di Padang , Sumatra Courant, kerap mengutip tulisan Dja Endar Moeda karena menganggap dia adalah jurnalis Indonesia berkelas Eropa satu satunya waktu itu. Bahkan ia mampu menerbitkan dan memiliki koran berbahasa Belanda, untuk keperluan pembaca Belanda di masa itu.
Lewat Pemeran Pers Tiga Abad ini, dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) yang akan dibuka Bapak Presiden di Stadion Pemprovsu, nama Dja Endar Moeda yang sayup sayup didengar itu, akan ditampilkan ke ribuan jurnalis dari seluruh Indonesia (Ichwan Azhari).