Oleh: Prof. Dr. Sri Minda Murni, MS
(Guru Besar Universitas Negeri Medan)
Anak tetaplah anak walau dia sudah menikah dan memiliki keluarga.
Orangtua yang sehat dan masih produktif tetap akan menyisihkan waktu, rezeki, dan nasihat untuk semua anaknya tanpa melihat status mereka apakah sudah menikah, sudah mandiri, atau masih sekolah.
Setiap anak akan diperlakukan sama, diamati kebutuhannya dan diberi apa-apa yang bisa; bukan untuk kebahagiaan anak ternyata tetapi lebih untuk kebahagiaan orangtua.
Selain memberi, menghabiskan waktu bersama juga merupakan kebahagiaan lain bagi orangtua. Saat berkumpul bersama, orangtua akan mencermati bagaimana anak-anaknya membina keluarga.
Peran menantu sangat besar bagi kebahagiaan orangtua karena orangtua akan bahagia melihat para menantu mampu menginternalisasi, mengimplementasikan, serta melestarikan nilai-nilai luhur keluarga pada dirinya, keluarganya, dan anak-anaknya.
Apalagi bila para menantu dapat menyempurnakan nilai-nilai luhur keluarga, itu akan menjadi bonus bagi kebahagiaan orangtua.
Cucu-cucu merupakan sumber kebahagiaan lain yang tidak kurang berharganya bagi orangtua. Cucu-cucu yang terdidik baik dari segi agama dan etika serta menampilkan sikap positif dalam belajar dan membina diri menjadi kebahagiaan tiada tara bagi orangtua.
Bagaimana cara memulainya?
Pertama, anak dan menantu harus memiliki kerendahhatian untuk meneruskan budaya keluarga dan menyempurnakannya di bagian-bagian yang mereka mampu sempurnakan. Mereka bukan orang-orang yang ingin berbeda dan lepas dari akar keluarga.
Kedua, orangtua harus terbuka dan mampu mencermati nilai-nilai luhur yang sedang ditambahkan anak dan menantunya pada budaya keluarga. Mereka bukan orang-orang egois yang hanya melihat kebenaran diri sendiri.
Kompetensi satu dan dua hanya mampu dimiliki mereka yang memiliki sikap positif terhadap pendidikan yang bermakna keterampilan untuk terus belajar dan membina diri.
Sekali lagi ini membuktikan bahwa pendidikan adalah sumber kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Tanpa pendidikan tidak akan ada kebahagiaan.