MEDAN | ARUSMALAKA.COM
Pemekaran di tanah air sudah jadi tema umum sekaligus menyita perhatian terlebih saat ramai wacana menyebut-nyebut provinsi besar seperti Sumatera Utara.
Sumatera Utara, dengan luas wilayah mencapai 72.981 kilometer persegi, terdiri dari 8 kota dan 25 kabupaten. Dengan jumlah penduduk sekitar 15.372.437 jiwa, sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar keempat di Indonesia. Mayoritas penduduk Sumatera Utara yakni keturunan etnis Melayu, berkaitan sejarah dengan Kesultanan Deli dan Kerajaan Aru (Haru), Disamping etnis Batak, Karo, Jawa, Tionghoa, India, dan lain-lain.
Provinsi Sumatera Utara sedang dalam pembahasan serius bakal melahirkan tiga provinsi baru, yakni provinsi Tapanuli, provinsi Sumatera Tenggara, dan provinsi Kepulauan Nias — dan konon, menyusul provinsi Toba Raya serta provinsi Sumatera Timur.
Salah satu calon provinsi yang jadi sorotan adalah Sumatera Tenggara.
Walau baru wacana, Sumatera Tenggara menarik perhatian lantaran calon provinsi ini telah memenuhi syarat jadi provinsi mandiri.
Sejak 2009, aspirasi masyarakat Tapanuli Bagian Selatan telah disuarakan, dan upaya ini semakin terwujud.
Lima daerah di wilayah Tapanuli, termasuk Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padangsidimpuan, Padanglawas, Padanglawas Utara, dan Mandailingnatal diharapkan bersatu di bawah pemerintahan Sumatera Tenggara. Ibukota provinsi baru inipun memilih kota Padangsidimpuan.
Usman Hasibuan, Sekretaris Panitia Percepatan Pemekaran Provinsi Sumatera Tenggara, mengutarakan bahwa provinsi baru ini miliki potensi jauh lebih maju ketimbang induknya, Sumatera Utara.
Analisis akademik menunjukkan bahwa Sumatera Tenggara dapat berkembang pesat, terutama dalam hal pemanfaatan potensi sumber daya alamnya.
Meski pembentukan provinsi Sumatera Tenggara masih berupa wacana, banyak kalangan optimis akan potensi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Kendati demikian, itu bukan tanpa tantangan, termasuk penentuan waktu yang tepat dan penanganan aspek administratif yang rumit.
Berbagai pihak terus memantau perkembangan dan suport agar Sumatera Tenggara bisa segera terwujud menjadi provinsi mandiri.
Padangsidimpuan yang jadi kandidat ibukota Sumatera Tenggara, menampilkan sejumlah bukti menarik yang menjadikannya unik serta majemuk.
Nama Padangsidimpuan berasal dari Bahasa Batak Angkola, yang berarti hamparan luas yang berada di dataran tinggi.
Dulu kota ini sebatas tempat persinggahan para pedagang, namun seiring perkembangan jaman, berkembang menjadi kota yang makmur.
Secara topografi Padangsidimpuan begitu menakjubkan, dihias lembah yang dikelilingi pegunungan Bukit Barisan.
Landacape ini memberikan kesan cekungan yang dikelilingi oleh bukit dan gunung, menciptakan lukisan serupa danau saat dilihat dari kejauhan. Padangsidimpuan juga mencerminkan keragaman etnis dan agama.
Sebagai kota terbesar di Tapanuli, Padangsidimpuan jadi rendesvous – bertemunya beragam etnis: Angkola, Mandailing, Batak Toba, Jawa, dan Minangkabau.
Mayoritas penduduk beragama Islam, sementara sebagian kecil memeluk agama Kristen, Katolik, serta Buddha.
Kota ini juga dikenal sebagai “Kota Salak” meskipun bukan penghasil buah salak. Nama tersebut berasal dari perbukitan dan gunung-gunung yang mengelilingi kota, menciptakan kawasan perkebunan salak.
Taman Kota Salak dengan simbol tugu salak jadi ikon yang merepresentasikan identitas unik kota ini.
Selain itu, Padangsidimpuan memiliki kuliner khas seperti Holat, Pakkat, dan Bule Gulung Dagung. Tetapi yang paling dikenal yakni buah salak Sidimpuan yang menjadi oleh-oleh khas kota ini.
Kota ini juga tawarkan destinasi wisata menarik, seperti Air Terjun Silima-lima yang berlapis, Danau Tao dengan suasana tenang, dan Puncak JB yang menawarkan panorama spektakuler.
Destinasi wisata lainnya seperti Kebun Bunga Matahari Batang Bahal dan Aek Sijorni juga patut untuk dieksplor.
Dengan daya tarik dan keistimewaannya, Kota Padangsidimpuan menjadi calon ibukota Provinsi Sumatera Tenggara yang menarik dikunjungi.
Meski proses pemekaran wilayah adalah tantangan yang kompleks, harapan untuk kemajuan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan potensi sumber daya alam yang melimpah menjadikan wacana ini penuh antusiasme dan optimis.
(Jun)
Dilansir dari palpos.id
dan berbagai sumber