MEDAN | ARUSMALAKA.COM

Tim Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Sumatera Utara (USU), mengadakan edukasi di Kelurahan Namo Gajah, Medan, baru-baru ini. Kegiatan yang bertemakan “Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Mengenai Gizi Melalui Edu-Games dan Lagu Kesehatan di Posyandu” ini dihadiri oleh sekitar 30 ibu balita dan ibu menyusui, dilaksanakan di Jambur Namo Gajah, Medan Tuntungan, Kota Medan.

Pada acara tersebut, narasumber dari USU adalah Dr. Fotarisman Zaluchu, Dr. Putri Chairani Eyanoer, M.S.Epi, PhD, dan Dra. Syarifah, MS. Menggunakan alokasi pendanaan skema pendanaan Non PNBP/ BPPTN, edukasi tersebut dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan peserta mengenai gizi khususnya pada balita.

“Kita ingin memperkenalkan dua hal,” kata Dr. Fotarisman Zaluchu. “Pertama, metode edukasi yang selama ini konvensional, kita ubah menjadi edu-games. Edu-games adalah metode permainan. Orang dewasa belajar menggunakan teknik yang interaktif sehingga mudah dimengerti. Apalagi kelompok sasaran adalah para ibu yang biasanya ingin belajar secara sederhana dan praktik”.

Kedua, kata Fota, kita ajarkan peserta untuk melihat ada hal yg jauh lebih penting dalam tahapan kehidupan, dari seluruh kehidupan yg juga penting. Sebab di tahapan tersebut, tidak ada lagi yg bisa kita lakukan dan dampaknya akan terjadi seumur hidup

Pada pertemuan tersebut, peserta memang diajak mendiskusikan masalah gizi dan dampaknya pada pertumbuhan balita. Peserta diajak belajar sambil bernyanyi dan bermain ular tangga.

Dr. Putri Chairani Eyanoer menyatakan bahwa banyak ibu merasa ASI tidak bermanfaat. Padahal dengan memberikan ASI, pertumbuhan otak anak menjadi lebih sempurna. Ibu seharusnya mengetahui bahwa otak anak akan bertumbuh 80 persen sampai usia dua tahun dan berhenti bertumbuh sampai usia lima tahun. Sesudahnya tidak akan ada lagi pertumbuhan otak.

Edukasi mengenai pentingnya otak ini diperdalam oleh Dr. Fotarisman Zaluchu. Menggunakan kartu-kartu edukasi, para peserta ditunjukkan mengenai otak manusia yang bertumbuh sempurna dan mana yang tidak. Terlihat bahwa serabut-serabut otak pada manusia yang sempurna penuh dan memenuhi rongga otak. Sebaliknya, otak manusia yang tidak sempurna banyak rongga kosongnya.

Dra. Syarifah menerangkan bahwa protein adalah sumber makanan penting untuk mencapai pertumbuhan maksimal dari otak manusia. Oleh karena itu peserta diharapkan untuk mendorong konsumsi protein baik hewani maupun nabati. Jika otak maksimum, maka kelak anak yang sedang berada pada usia balita akan menjadi manusia yang memiliki kecerdasan optimum.

Salah seorang peserta, Verawaty Sembiring, ibu dengan tiga anak, meminta supaya edukasi-edukasi seperti ini dilaksanakan lebih sering supaya para ibu dapat lebih mengingatnya dan mempraktikkannya. Ia merasa beruntung mengikuti kegiatan ini. Selesai pelatihan, peserta meneriakkan yel-yel “aku mau anakku sehat” saat berfoto bersama. Dalam menutup edukasi, Dr. Fotarisman Zaluchu mengingatkan bahwa masa emas, yaitu di usia balita, tidak akan pernah kembali. Karena itu setiap ibu harus benar-benar serius mengatur gizi anak saat periode emas tersebut.

(AM-01)