MEDAN| ARUSMALAKA.COM

Menjelang Pemilu 2024, masyarakat Indonesia dihimbau untuk meningkatkan kecerdasaan literasi digital. Dimana biasanya, menjelang kontestasi Pemilu banyak sekali informasi melalui media digital yang berseliweran.

Artinya, masyarakat akan banyak menerima informasi pada waktu yang bersamaan. Banyak pihak akan memanfaatkan media digital sebagai sarana komunikasi publik untuk kepentingan politiknya.

Kadangkala tidak sedikit juga yang sengaja menyebarkan berita bohong yang bisa mengancam kerukunan dan persatuan bangsa. Disini perlunya masyarakat memiliki kejelian memahami mana informasi yang positif dan mana informasi yang negatif.

Hal tersebut diungkapkan Pendiri Yayasan Bina Pendidikan dan Literasi Indonesia (Yayasan BALIN Indonesia), Abdul Firman Kursin dalam siaran persnya yang diterima arusmalaka.com Kamis (19/10/2023).

Dia menyebut, masyarakat acap kali mudah terpapar oleh informasi yang disajikan sejumlah pihak di media digital. Mereka sangat mudah percaya dengan segala informasi yang tersaji, tanpa terlebih dahulu menguji kebenaran informasi tersebut.

“Sekarang ini media digital mengambil peran sangat penting dalam mempengaruhi persepsi masyarakat. Masyarakat kita sangat mudah terpapar oleh informasi di medsos (media sosial), kadangkala tanpa menguji terlebih dahulu apakah informasi itu benar atau tidak,” bilang Firman.

Dia menambahkan, persaingan politik di Pemilu sangat berpengaruh terhadap pola hubungan masyarakat, karena masing-masing mereka punya jagoan. Ini akan semakin berbahaya jika tidak diikuti dengan kecerdasan literasi digital yang cukup.

“Persaingan politik di Pemilu ikut mempengaruhi pola hubungan masyarakat, mereka akan terlibat dalam fanatisme dukung mendukung jagoan masing-masing. Fanatisme itu bahkan bisa menjurus negatif jika kita tidak cerdas dalam menerima asupan informasi melalui media digital,” imbuhnya.

Menurutnya, disinilah pentingnya kecerdasan literasi digital dibangun, agar masyarakat bisa melakukan analisis dan evaluasi terlebih dahulu terhadap informasi-informasi yang diterima melalui media digital.

Kemudian lanjut Firman, pihaknya juga menghimbau masyarakat untuk tidak memanfaatkan media digital sebagai sarana saling hujat terhadap pihak yang berbeda dukungan politiknya. Karena sejatinya, Pemilu adalah tahapan elektoral alamiah yang memang harus dilewati dalam sistem demokrasi negara Indonesia.

“Kita menghimbau agar masyarakat tidak memanfaatkan media digital sebagai sarana saling hujat terhadap pihak yang berbeda, Pemilu kan tahapan elektoral yang alamiah, yang memang harus kita lewati dalam sistem demokrasi kita, maka hendaknya kita bijak dan saling menghargai dalam memanfaatkan media digital,” tandasnya.

(A-02)