TANAH PINEM | ARUSMALAKA.COM
Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi menerima keluhan dan laporan dari masyarakat Desa Mangan Molih dan Desa Renun tentang banyaknya Ikan yang mati di sungai lae renun pada, Selasa (15/2/2022).
Terkait laporan warga tersebut, Bupati Dairi Eddy Berutu memerintahkan untuk segera melakukan tinjauan apa penyebab terjadinya peristiwa ikan mati secara mendadak dalam jumlah yang banyak.
Melalui komunikasi dengan Camat Tanah Pinem menyatakan bahwa banyaknya ikan yang mati diduga disebabkan oleh air yang keruh bercampur Pasir, dikarenakan tingginya curah hujan di hulu sungai renun dan daerah kejadian.
“Ketika kita turun kelokasi melihat kejadian tersebut, kita temui ikan yang mati kondisinya di insang berlumur lumpur dan pasir, jadi kita duga penyebabnya adalah akibat air yg keruh dan bercampur pasir”, kata camat.
Hal senada juga disampaikan Kadis Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Dairi Robot Simanullang. “Kita di perintahkan pimpinan yaitu bapak bupati untuk melakukan penelusuran penyebab kematian ikan di Tanah Pinem, setelah berkordinasi dengan camat tanah Pinem diduga ikan mati karena kondisi air yang keruh bercampur pasir. Kita juga sudah berkordinasi dengan kepolisian untuk melakukan penyelidikan apa penyebab kejadian peristiwa tersebut” kata robot.
Berdasarkan pendapat ilmiah menyatakan bahwa tingginya curah hujan yang terjadi, mengakibatkan terjadinya proses upwelling (pengadukan massa dan dasar air yang baik kepermukaan air) sehingga terjadi pengadukan dasar air ke permukaan, maka secara drastis mengakibatkan tingginya kekeruhan air, hal ini juga menyebabkan penurunan pH air.
“PH air yang rendah, dan tingginya kekeruhan akan mengakibatkan kurangnya kecerahan sehingga sinar matahari yg digunakan utk proses fotosintesis oleh fitoplankton serta tumbuhan air, maka kandungan oksigen terlarut juga turun”, kata Robot menambahkan.
Dijelaskan Robot, akibat kejadian itu mempengaruhi kebutuhan ikan akan O2, sementara ikan jenis Jurung, atau Thor Sp, memerlukan media air yg bersih dan bebas dri lumpur, akibat kejadian ini makanya mengakibatkan kematian.
Sebelumnya, kejadian yang sama sudah pernah terjadi pada April 2020, dan penyebab kematian ikan pada saat itu murni oleh karena tingginya curah hujan di lokasi kejadian dan terjadi bencana alam longsor.
Hasil investigasi dan uji fisik terhadap ikan jurung dan air yang dilihat secara kasat mata, pada tubuh ikan mulai dari insang, seluruh tubuh ikan dan pencernaan ikan ditemukan banyak terdapat pasir, tanah dan lumpur.
“Tidak ada ditemukan bau bahan kimia seperti yg dicurigai karena limbah ataupun racun
Sementara secara logikanya sungai renun merupakan sungai arus deras dan besar. Jika terkena racun atau limbah, mesti dalam jumlah yg sangat besar.
“Dan jika dalam jumlah besar akan bisa dilihat secara kasat mata perubahan pada permukaan air Lae renun”, pungkas Robot.
Diminta kepada kita semua untuk tetap tenang dan senantiasa menjaga prokes.
(AM-01)