Merawat semangat itu perlu untuk setiap saat. Jangan biarkan pikiran, perasaan terjerat di dalam alur yang sesat. Dalam kondisi dan situasi yang serba dilematis kita dihadapkan dengan cara-cara yang anarkis untuk
mengambil sebuah keputusan. Keputusan yang memang kadang kala tak selalu sesuai dengan keinginan kita. Keputusan yang membuat kita dan orang lain juga menjadi ragu. Bahkan dengan keputusan itu sendiri kita terbaca dan terukur tidak layak. Walau begitupun tak perlu pula harus patah semangat dan hilang harapan. Teduhkan hati bangkitkan jiwa seperti dalam teks di bawah ini:
hendak hinggap
tiada berkaki
takkan dianggap
jauhkan benci
seperti_pantun
oppungleladjingga
10 maret 2020
Seumpama burung yang tiada berkaki, mungkin ia akan diberi-Nya kuasa menggunakan paruh atau sayapnya hinggap ke atas dahan. Sehingga ia bisa bertengger dan mampu terbang kembali. Ia tak akan sama dengan burung lainnya yang sempurna dan lengkap anggota tubuhnya.
Karenanya pula ia tidak dianggap oleh burung-burung yang sempurna itu. Namun, karena ia punya “sesuatu” yang mungkin tak dimiliki oleh burung-burung yang sempurna itu ia menjadi tangguh dan tak sekali ingin membenci itu hadir dalam hati.
Ia menjadi begitu yakin pada-Nya. Selemah-lemahnya kehidupan Ia tak akan pernah menyia-nyiakan makhluk-Nya. Apa yang dimiliki burung yang tak berkaki itu? Itulah semangat.
Anggaplah pemicu kehilangan semangat kadang kala disebabkan oleh kesombongan mulut dan arogansi raga/kuasa yang kita terima
di tengah-tengah zaman yang culas, spekulatif, kompetitif ini. Boleh jadi karena hal-hal tadi kita tak mampu mengikuti deras arusnya. Kita cukup belajar saja dengan petuah di bawah ini:
sebab pulut santan binasa
jaga mulut meluka hati
sebab nalar tumbuh logika
usah tukar generalisasi
seperti_pantun
oppungleladjingga
10 maret 2020
Apa yang terjadi sesungguhnya pada kehidupan modern? Kesabaran dan ketulusan secara perlahan-lahan mulai bergeser dan berganti kekasaran dan akal-akalan. Berhasil kah kita menghindar dari cara-cara yang mengabaikan tata krama dan kesantunan verbal dalam berkomunikasi sosial? Begitulah agaknya hari ini.
Selamat Pagi Kawan
Oppungleladjingga
10 Maret 2022