Purwadi
Ketua LOKANTARA,
Lembaga Olah Kajian Nusantara,
Hp 087864404347

A. Wanita Wani Mranata .

Wulang Putri reriptan Sinuwun Paku Buwana IX. Berisi tentang etika kewanitaan. Serat Candrarini menjelaskan darma bakti seorang putri. Dalam pewayangan selalu memberi narasi arti penting peranan kaum perempuan.

Abdi dalem purwa kinanthi terdiri dari wanita yang bertugas mengurus aneka upacara. Kraton Surakarta Hadiningrat memiliki kitab yang khusus membahas tugas kaum putri. Maka muncul katuranggane wanita.

Pitutur luhur untuk pegangan hidup. Ungkapan sangkan paraning dumadi, bermakna kesadaran tentang hakikat hidup. Asal usul dari mana dan ke mana kehidupan itu berlangsung. Jroning urip ana urup. Dengan semangat keempuan, wanita menata peradaban.

Ajaran luhur Jawa menuju kasampurnan. Manunggaling kawula gusti ungkapan teologi Jawa penuh makna. Maka bedaya yang sedang bertugas mulai dengan gerakan sembah sungkem. Unsur mistik begitu dalam saat pentas tari. Penari menyadari bahwa sajian tari merupakan bentuk darma bakti. Untuk ini abdi dalem bedaya penuh dengan penghayatan estetis.

Perempuan Jawa selalu memancarkan aura kewibawaan. Masa silam memberi pelajaran. Tokoh historis Jawa yang legendaris yaitu Ki Ageng Tarub. Masa mudanya bernama Abdurrahman. Memberi pelajaran agama dengan sentuhan budaya. Cerita Dewi Nawangwulan dipercaya sebagai leluhur raja Jawa.

Widodari kayangan penuh pesona. Adat istiadat manten Jawa senantiasa memakai gagrag Ki Ageng Tarub. Mulai dari pasang blek ketepe, tuwuhan dan rerenggan. Ada unsur estetis, filosofis dan simbolis. Kekayaan tradisi Jawa yang layak untuk dilestarikan. Aura manten wanita bersinar terang.

Turunnya Dewi Nawangwulan sangat diharapkan. Malem midodareni diselenggarakan untuk menyambut datangnya Dewi Nawangwulan. Pernikahan Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan putra Prabu Brawijaya dilengkapi dengan pentas tari gambyong. Raja Majapahit begitu bahagia. Kebahagian raja Majapahit mrebawani buat sekalian petani. Kesuburan dan karang widodaren membawa aura mistis.

Kerajaan Jawa percaya adanya aura wanita yang berkaitan dengan derajat semat pangkat. Pentas tari gambyong yang dilanjutkan dengan tayuban amat cocok. Petani merasa terhormat. Hawa tanaman pun pergi dengan sendirinya. Kegiatan budaya ini berkaitan dengan usaha bercocok tanam. Dewi Sri sungguh ayu hayu rahayu.

Rahayu bermakna keselamatan. Apalagi saat panen berlimpah, petani mengucapkan suka sukur pada Dewi Sri. Perlindungan Dewi Sri amat penting. Keberhasilan menanam padi terbantu, karena Dewi Sri berkenan hadir. Kehadiran pelindung padi ini selalu diharap oleh petani desa. Abdi dalem purwa kinanthi mengetahui ragam sesaji.

Ama kabur tandur subur,
loh jinawi,

Kok ewuh aku,
Kok ewuh aku,
Kok ewuh aku,
Kok ewuh aku,

Nginteri jo ngono,
We la berase kecer,
Mbok sing ati ati,
Sinau gemi,
Mbokya ngelingana,
Nyeblokake winih,

Padha cancut tali wanda,
Aja kena ama.

Begitu tembang waranggana tayub mengalun merdu saat bersih desa dan upacara nyadran. Dilanjutkan dengan lagu jago kluruk, kembang blimbing, kembang kopi, kembang jagung. Semua memberi semangat agraris. Cerita Dewi Sri disajikan dalam karya sastra. Misalnya Serat Centhini.

Berdirinya kerajaan Pajang pada tanggal 24 Juli 1546, tari gambyong tayub makin semarak. Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya membangun peradangan agraris di Pengging. Pertanian tambah berjaya. Upacara Kraton Surakarta melibatkan abdi dalem mandra budaya.

Abdi dalem keputren ahli dalam ritual budaya. Teologi Jawa banyak terselip dalam pertunjukan tari. Hakikat hidup diutarakan demi mendapat jiwa yang pasrah sumarah, agar selalu mengalir anugerah berkah. Putri selalu mruput katri yakni bekti nastiti ngati ati.

B. Widodari Kayangan.

Abdi dalem Kraton Surakarta Hadiningrat memberi peran khusus pada putri. Kayangan Junggring Salaka mengenal para Widodari. Terkait dengan kebangsaan diadakan istilah ibu pertiwi. Nasionalisme mendapat perhatian besar dalam sajian tari Jawa. Lagu Ibu Pertiwi menanamkan jiwa kebangsaan. Cinta tanah air dan bangsa diselipkan dalam bentuk seni. Narasi pewayangan amat mempesona.

Widodari kayangan memberi perlindungan. Petani percaya bahwa Dewi Sri melindungi tanaman. Pentas tari gambyong dianggap sebagai penghormatan. Tiap ada pentas gambyong, Dewi Sri turun dari Kayangan. Barangkali abdi dalem bedaya bisa untuk cermin.

Abdi dalem bedaya bertugas untuk mementaskan beksan ritual. Tari gambyong mengawali seni langen tayub. Pagelaran seni tayub merupakan sarana untuk menjaga kesuburan tanah. Pada hari Jumat Pahing, 30 Juni 2023 warga Sidokare Rejoso Nganjuk ngadani bersih desa. Tradisi luhur berlangsung nak tumanak, rah tumerah, turun tumurun. Kepercayaan itu berlangsung hingga sekarang. Dewi Kunthi dalam wayang mendapat penghormatan.

Aspek kewanitaan begitu menawan. Nguri uri warisan leluhur Jawa. Seni edi peni, budaya adi luhung. Menurut Pak Lurah Imam Mashuri pentas tayub Sidokare menampilkan enam waranggana. Selaku pengiring yakni paguyuban karawitan Andhi Laras. Seperangkat gamelan terdiri dari laras pelog dan laras slendro. Tampak wiyaga sepuh Ki Dami yang sudah berpengalaman dalam olah seni karawitan. Musik Jawa memberi ketentraman. Jejer kedhatonan perlu disimak.

Keputren merupakan adegan penuh narasi kewanitaan. Alunan musik Jawa memberi suasana ayem tentram. Gendhing yang berkumandang pertama kali yaitu Ketawang Ibu Pertiwi. Pak Lurah Imam Mashuri meyakini bahwa bumi harus direksa biar rahayu lestari. Tanah subur, maka petani menjadi makmur. Murah sandang pangan dan papan. Janturan pedalangan sungguh menakjubkan.

Dalam pewayangan ada tokoh Banuwati di Taman Kadilengeng Astina. Ajur ajer terhadap perubahan jaman. Kehadiran priyayi dengan ragam profesi menambah gumyak sigrak. Suasana begitu indah megah meriah. Pak Wasito ahli tembang pun hadir. Lama menjadi guru di Tritik dan Banyurip, Pak Wasito sempat pula bertugas sebagai pranata adicara yang mumpuni. Pernah sebagai asisten dalang Ki Samijan Kondho Prasojo. Maka suatu kali juga main sebagai dalang wayang. Pentas tayub kali ini dhapuk sebagai olah vokal gerong. Suaranya kung merdu. Perlu latihan khusus. Serat Panji menjelaskan romantika wanita.

Teladan Kerajaan Daha Jenggala telah tampil Sekartaji. Lagu khas Kabupaten Nganjuk. Songo Kidul melanjutkan alunan gendhing Ibu Pertiwi.
Babahan hawa sanga lambang derajat kadewatan. Gendhing Songo Kidul diharapkan selalu menyertai drajat pangkat semat. Pak Lurah dan masyarakat Sidokare mendapat anugerah berlipat ganda. Berwujud guna kaya purun, wirya arta winasis, kedudukan kekayaan kepandaian, makmur mujur sempulur. Murah sandang pangan deder kuwarasan. Majapahit berhasil sebagai negeri penuh pesona wibawa.

Jasa para Ratu Majapahit terbukti dalam proses historis. Penuh makna etis filosofis. Tayub memiliki arti ditata dimen guyub. Trisik, pacak gulu nut wirama. Kendang wijang terang. Bonang imbal lancar. Peking, saron demuk membentuk nada. Kethuk kenong menghias tembang. Kempol gong selaras serasi. Gender menuntun tembang. Gambang menambah irama gempi. Gerong selalu nyenggaki. Sore itu tayub Sidokare memberi warna budaya. Guyub rukun bersama handai taulan. Ratu Kencana Wungu berhasil memimpin Majapahit.

Nimas Ratu Kalinyamat terdapat dalam narasi kitab Babad. Sindhen merupakan pelantun tembang. Waranggana tayub menguasai irama nada. Gendhing klasik dihayati. Tembang dolanan mengalun merdu terdengar dari kejauhan. Ibu ibu duduk lesehan menikmati keindahan. Desa mawa cara, negara mawa tata. Wujud dari keserasian. Contoh saat kerajaan Demak Bintara tahun 1748 tampil Ratu Mas Panggung.

Kunci kebudayaan berkembang atas asuhan seorang ibu. Tata cara kejawen. Untuk pentas tayub terlebih dahulu dilakukan wilujengan. Upacara kenduri lengkap dengan sesaji. Ingkung, tumpeng, jajan, rengginang, wajik, jadah, jenang berlimpah ruah. Pesta desa bersuka gembira. Ritual berlangsung di pundhen dan sarean. Upacara tradisional untuk memuliakan warisan leluhur. Alam kaswargan jati. Ratu Mas Balitar memberi teladan pada tahun 1708.

Sejak Ratu Kalinyamat peran wanita amat mulia pada tahun 1539. Usaha pelestarian seni. Budaya dilestarikan dengan sukarela. Pendopo desa begitu anggun dan agung. Tempat kreasi seni. Jaran kepang dan campursari dibina oleh Pak Lurah Imam Mashuri. Pemimpin rakyat selayaknya ngayomi dan ngayemi. Bersama dengan pamong desa, lantas ngibing. Njoged dengan irama yang mathuk dan gathuk. Penonton pun manthuk manthuk, tanda hati serba setuju sarujuk. Bentuk kepemimpinan tradisional. Dalam sejarah peran wanita begitu utama.

Raden Ajeng Kartini 1879 – 1904 lambang putri sejati. Upacara tradisional sebagai sarana tolak balak. Bersih desa dan upacara nyadran diselenggarakan tiap tahun. Hama pergi kabur. Tanaman subur. Negeri gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja. Masyarakat sejahtera lahir batin. Gagasan ideal tentang bentuk sosial masyarakat Jawa. Negeri kang panjang punjung pasir wukir. Inilah konsep ibu pertiwi sejati.

Puji pangastuti yang dihayati para ibu. Mistik dalam tari Jawa menjadi sarana untuk memahami konsep sangkan paraning dumadi. Widyatama yang dipegang kaum wanita.

Wanita akronim dari wani nata lan ditata. Peradaban bertambah anggun dan agung begitu terdapat sentuhan rasa kaum perempuan yang terjaga kualitas keempuan. Empu yang trampil mengelola jiwa raga lahir batin awal akhir rasa karsa.