Oleh: Prof. Dr. Mardianto, M.Pd
(Guru Besar Universitas Islam Negeri Sumatera Utara)
Kita dari Formalindo berupaya bekerja dalam rangka mendukung penggerak-penggerak literasi ini. Kami punya program memberikan akses buku bacaan yang relevan dan mudah dibaca oleh anak-anak dan masyarakat supaya mereka punya minat baca lebih baik. (Marwan, 2022).
Setiap kita dapat membaca maka dapatlah satu bagian dari ilmu pengetahuan di atas dunia ini, setiap kita menulis maka kita mendapat kesempatan dari menambah khazanah ilmu pengetahuan di atas dunia ini.
Keterampilan membaca bertingkat-tingkat dari mengenal huruf, mengeja, merangkai kata, akhirnya mampu memaknai satu pesan dari sebuah paragraf, atau ide dari sebuah tulisan.
Namun dengan menulis seseorang justru mengumpulkan berbagai bahan dari melihat, merasakan akhirnya ia memilih kata untuk mewakili agar dapat disampaikan pada orang lain.
Satu huruf pun yang ditulis akan memberi makna bahwa ada nilai yang berguna, bahkan dengan satu tanda baca seorang penulis dapat memutar balikkan fakta dari kenyataan kepada siapa yang akan ia tujukan.
Sesungguhnya telah tampak di hadapan semua orang bahwa keterampilan membaca memang itu penting bagi kita sebagai pemula, tetapi diatas itu keterampilan menulis justru menyajikan apa yang tidak ada bagi pembaca.
Seorang yang mahir membaca ia akan mengetahui segala apa yang ada di muka bumi, dilengkapi seorang yang ahli menulis ia telah berjalan tiga langkah di depannya, dari apa yang ia baca, kemudian ia lihat realita, dan akhirnya ia tulis untuk kemudian dibaca.
Menulis buku bacaan untuk anak, tentu kita harus mengetahui dengan membaca siapa anak, bagaimana anak, serta apa tujuan anak dalam hidup ini. Bacaan tentang anak begitu banyak, baik berupa buku, kehidupan mereka, maupun berita tentang pengalaman mereka selama ini.
Penelitian tentang anak merupakan hal penting, bila kita ingin memperluas bacaan tentang anak, karena dari fakta kehidupan anak inilah kita mulai menulis dan kemudian disajikan dalam bentuk yang menarik sesuai dengan kehidupan anak. Akhir dari bacaan tersebut agar dibaca oleh anak, berikutnya dinyatakan lagi dalam kehidupan mereka.
Agus Marwan, sang maestro literasi yang mewakafkan sebagian hidupnya untuk dunia baca bagi anak-anak negeri ini, berangkat dari kesadaran bahwa beliau tumbuh dan dibesarkan oleh bacaan.
Mungkin saja dari keterabatasan buku bacaan di kampungnya Labuhanbatu, pada zamannya, ia tergugah ini adalah keadaan yang harus dirubah. Itulah fakta yang menjadi inspirasi untuk menulis, mengelola fakta menjadi bacaan bagi anak di zaman berikutnya.
Kini Marwan telah mendapatkan sebagian dari mimpi-mimpinya, bacaan tersedia bagi anak yang ingin membaca, bahkan dengan menyediaan buku bacaan menggoda anak untuk mau dan rajin membaca.
Dalam sebuah bacaan kitab klasik agama kita memang diingatkan, ternyata ibadah paling tua dalam Islam, bukan salat, doa dan lainnya, tetapi “Iqra” yang artinya membaca.
Sungguh nilai ini yang dijadikan bang Marwan menjadi spirit mengembangkan lembaga Forum Masyarakat Literasi Indonesia (Formalindo) merawat dasar-dasar ilmu pengetahuan, ibadah dan peradaban.
Jauh sekali memang jangkauannya, tetapi itulah sebuah kebenaran, siapapun yang ingin menjadi ilmuwan diawali dari membaca, apapun harapannya bila ingin mendapatkan keberkahan maka banyaklah membaca, dan sejarah dibuktikan dengan warisan berapa banyak koleksi buku bacaan.
Apabila dunia ini masih terbentang, maka bacaan justru lebih luas dari apa yang kau pikirkan. Maka membacalah sampai tidak ada lagi yang akan engkau baca.
Walaupun tertinggal tiga langkah di belakangmu, tetapi kami terus berdoa agar kebermanfaatan terus memberkahi setiap semangatmu.
Semoga satu kata dari tulisan seorang Agus Marwan lebih dari sekadar memotivasi anak, tetapi memberi spirit bagi transisi generasi menuju Indonesia emas esok hari. Lanjutkan saudaraku pejuang literasi.
Kita setuju “Dengan kolaborasi kita bangun negeri, lewat pendidikan kita bersinergi”.