Oleh: Oppung Lela Djingga

Meja Makan Sering Ditinggalkan Dalam Keluarga Karena Sibuk Cari Makan Dan Kesibukan di Luar. Suasana Rumah Pun Terasa “Dingin” dan Membeku. Komunikasi Keluarga Terputus. Kehangatan Memudar. Apa Resepnya?

Foto di bawah ini punya filosofi bagi keluarga saya. Saya punya sepasang anak. Sejak kecil mereka selalu saya ajak berkumpul di sini, paling sedikit 2 kali sehari yakni pagi hari dan malam. Sebelum makan dan sesudahnya.

Di rumah kami hanya ada ruang makan merangkap dapur dan ruang tamu serta kamar tidur dan kamar mandi. Dalam membicarakan segala hal tentang keluarga dan perkembangan anak-anak tempat inilah yang paling lama dan sering digunakan.

Mengapa demikian? Setiap pertemuan, ruang makan dan dapur ini tempat yang menjadi magnit dalam keluarga karena di sinilah tempat mencicipi cita rasa masakan dan makanan ibu dari anak-anak saya sembari mereka belajar masak yang langsung dilakukan oleh ibunya.

Begitu juga tempat ini menjadi istimewa karena layak sebagai tempat mengajak mereka berdiskusi setelah keduanya beranjak remaja, dewasa hingga keduanya pun sudah berumah tangga. Ruang kecil di dalam rumah kecil kami.

Di sinilah dahulu tempat anak-anak dibentuk tata krama, kesantunan, keyakinan dan kepribadian hingga pola pikir dengan pendekatan kasih sayang. Di sini juga segala rahasia keluarga boleh didiskusikan untuk semua warga rumah agar menjadi tahu dan paham serta dapat melakukan dan menjaganya.

Begitu juga di tempat ini mereka dididik menghargai nasi dan mendoakan petani agar tetap sehat dan terus bisa bekerja dengan cara tidak menyisakan nasi di pinggan agar ia tak menangis karena disia-siakan. Di sini juga bagaimana nasi “dihormati” sebagai makanan utama pulau ini tanpa perlu menggantinya dengan spaghetti atau semacamnya yang terasa asing di lidah.

Mereka juga menjadi mengerti semua yang dimakan itu sumbernya harus bersih. Jangan sampai sekali pun datangnya dari hasil mencuri, apalagi korupsi. Biar hidup dengan apa adanya dan kerja dengan keringat sendiri tentu lebih terasa kenyang daripada memburu uang tapi lupa makan dan lupa kumpul di tempat ini untuk saling bertatapan sebagai warga dari rumah dan keluarga.

Tempat ini juga sebagai tempat privat menurunkan ajaran kebijaksanaan kepada mereka dalam menjalankan kehidupan dan menjaga persahabatan dan keluarga. Menghargai perbedaan dalam berteman dan menahan diri untuk merasa paling benar. Sampai membicarakan kawan pilihan hidup mereka hingga membina keluarga yang sakinah mawaddah warahmah. Ialah ruang makan yang merangkap dapur dan meja makan yang merangkap meja “belajar hidup” dalam keluarga saya.

Sebagai ayah dari anak-anak, aku suka mendengar sembari mengajarkan cara-cara alternatif ketika menghadapi permasalahan keluarga dan pekerjaan yang selalu dihadapi baik dalam keluarga anak-anakku maupun dalam keluarga kami. Bagi kami mencari solusi jauh lebih penting ketimbang mengungkit-ungkit masalah. Ya di tempat ini juga. Hanya empat kursi dan satu meja.

Selamat malam
Oppungleladjingga
26 September 2019