Oleh Dr Purwadi M.Hum. Ketua Lembaga Olah Kajian Nusantara LOKANTARA. Hp 087864404347

A. Ruwatan Mapak Wulan Ruwah.

Pagelaran wayang lakon murwa kala diselenggarakan oleh Karaton Surakarta Hadiningrat demi memperoleh keselamatan bersama. Acara ini dalam rangka mapak wulan Ruwah. Kegiatan budaya dilakukan pada hari Jumat Wage, 29 Rejeb atau 3 Maret 2022.

Terlebih dahulu GKR Dra Wandansari Koes Moertiyah M.Pd memberi dhawuh kepada abdi dalem ulama. Tumpeng dan sesaji tersedia jangkep genep genah.

Gendhing ladrang slamet berkumandang sampai awang awang. Harapan agar segenap sagung dumadi mendapat kesejahteraan lahir batin. Sesuai dengan namanya, gendhing ladrang slamet menjadi sarana puja mantra.

Kinanthi

Kukusing dupa kumelun,
ngeningken tyas sang apekik, kawengku sagung jajahan,
nanging sanget angikibi,
Sang Resi Kaneka Putra,
kang anjog saking wiyati.

Pengageng Sasana Wilapa Karaton Surakarta Hadiningrat didampingi oleh KPH Dr Wirobhumi SH. Pangarsa Pakasa, Paguyuban Kawula Karaton Surakarta ini aktif nguri uri seni edi peni, budaya adi luhung.

Tempat pagelaran wayang berada di ndalem Kayonan. Dengan duduk lesehan di atas tikar pengageng, sentana dan abdi dalem mengikuti jualannya upacara ritual. Waktu pagelaran berlangsung pukul 19.30. Hujan rintik rintik menyertai acara, sehingga hawa tambah adhem ayem.

Suasana magis mistis bercampur estetis. Gendhing talu pertanda pagelaran dimulai. Dhodhogan dalang memimpin irama musik gamelan. Wiyaga dan waranggana segera melaksanakan tugas. Jejibahan ritual estetis disajikan dalam bentuk doa spiritual.

Dalang menjalan ruwatan buat kedamaian dunia raya. Gendhing srepeg manyura bersamaan dengan suara keprak.

Kali ini dalang yang menjalankan tugas bernama Roro Rumiyati Ajang Mas Kenyo Wursito. Lebih dikenal dengan nama Nyi Rum Ajang Mas. Untuk menjadi dalang ruwat harus punya garis keturunan dengan Dalang Panjang Mas.

Dalam sejarah Dalang Mas adalah abdi dalem Kanjeng Sultan Agung Hanyokro Kusumo, raja Mataram tahun 1613-1645. Begitu setianya Dalang Panjang Mas diperkenankan satu kompleks dengan makam Sultan Agung di Pajimatan Imogiri.

Ayah Nyi Rum Ajang Mas bernama Ki Nyoto Carito. Dalang serba bisa ini kesayangan Ir Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama. Bung Karno kerap minta Ki Nyoto Carito untuk pentas di Istana Negara.

Ibunda Nyi Rum Ajang Mas juga dalang wanita tersohor. Namanya Nyi Kenyo Wursito. Dalang wanita dengan suara emas ini menjadi abdi dalem Sinuwun Paku Buwana X. Raja Surakarta ini memerintah tahun 1893-1939. Nyi Kenyo Wursito mengabdi Karaton Surakarta Hadiningrat sejak gadis. Bersama dengan Ki Nyoto Carito, dalang Nyi Kenyo Wursito mendidik Nyi Rara Rumiyati Ajang Mas Kenyo Wursito. Keluarga seniman ini setia menjalankan tugas seni budaya.

B. Pagelaran Ritual Wayang.

Lakon ruwatan di Ndalem Kayonan dilakukan dengan tata cara khusus. Jumlah rombongan ritual wayang sebanyak 9 jiwa. Dalang, waranggana, wiyaga dandan busana kejawen.

Nyi Roro Rumiyati Ajang Mas Kenyo Wursito mengenakan baju kebayak. Sanggul tusuk konde tampak anggun agung. Nyamping agak longgar, agar dapat leluasa mancal keprak. Memang keprakan sang dalang begitu jelas tegas tuntas lugas.

Pentas wayang diawali dengan adegan di Samudra Hindi. Sang Hyang Guru nganglang jagad bareng Dewi Parwati atau Bathari Uma. Terjadilah hubungan asmara yang melahirkan Kamasalah atau Bathara Kala.

Jejer Kahyangan Junggring Salaka menampilkan Sang Hyang Jagad Pratingkah beserta Bathara Narada, Bayu, Indra, Brama. Untuk menjaga keselarasan jagad raya Sang Hyang Nilakantha ndhawuhi para Dewa, agar siram jamas glegena, tanpa batas awer awer. Siram jamas di telaga Madirda.

Tersebutlah saat Dewi Gagar Mayang, Irim Irim, Wilutama, Tunjung Biru, Supraba, Ratih. Bayu dan Brama melakukan kesalahan. Terkutuk menjadi raksasa. Hukuman ini harus ditebus. Untuk bisa berwujud dewa lagi, perlu menjalankan lelaku.

Bathara Kala membawahi kalajengking, kalabang, kalasundep. Juga segala makhluk halus. Meliputi jim setan peri perayangan, medhon gendruwo dhemit, ilu ilu banaspati, kemamang sundel bolong. Agak lucu karena cerita dihubungkan dengan wabah corona. Bathara Kala mengeluh atas sulitnya keadaan. Maka selaku penguasa jagad lelembut, Bathara Kala pun turut cancut taliwanda.

Gamelan Kyai Lung Ayu berkumandang, mengalun begitu merdu. Lakon ruwatan murwa kala di Ndalem Kayonan didengar Bathara Kala. Namun wibawa dalang lebih perkasa.

Tiap adegan berlangsung khusuk dan penghayatan mendalam. Misalnya Bu Sri Windari Rahayu mengamati pagelaran wayang dengan sepenuh hati. Sebagai orang Jawa yang menghayati kebudayaan, tentu laku spiritual ini dianggap terlalu penting. Wiyati yang diberlakukan dengan hati hati permati.

Suara dalang nyaring merdu. Nyi Rum Ajang Mas membaca mantra sakti. Aksara Dewa Nagari yang menempel di dahi Bathara Kala dibaca oleh dalang ruwat. Iringan gamelan dengan iringan vokal Sinden begitu merasuk dalam hati sanubari. Telenging kalbu turut pula berdoa untuk menyongsong datangnya bulan Ruwah.

Sampak manyura dengan instrumen kendang, gender, kethuk, kenong, kempul, gong, slenthem, saron, demung. Kelir terpampang. Simpingan kanan kiri serasi indah. Disusul dengan pathet sanga.

Sangsaya dalu araras,
abyor kang lintang kumedhap,
titis sonya tengah wengi,
lumrang gandane puspita,
bremara reh mbrengengeng,
lir swaraning madu brangta, manungsum sarining kembang.

Tanda doa terkabul. Jumbuh ingkang ginayuh, sembada ingkang sinedya. Ruwatan selanjutnya untuk Dewi Durga, penguasa Alas Krendha Wahana atau Kahyangan Dhandhang Mangore. Lebih populer dengan Kahyangan Nusa Kambana.

Cerita ini kerap disebut dengan istilah Durga Ruwat. Disebutkan dalam kitab Sudamala. Candi Sukuh di pereng Gunung Lawu menggambarkan jelas cerita Sudamala. Sadewa berhasil meruwat Bathari Durga. Jasa besar ini bukti bahwa wuragil Pandawa ini pinter seger bleger kober bener.

Karaton Surakarta Hadiningrat pada tanggal 3 Maret 2022 sudah menjalankan tugas tradisi adat istiadat. Rum kuncaraning bangsa dumunung ing luhuring budaya. Bathari Sri lambang kesuburan. Bathara Sadana lambang kemakmuran.